welcome to my blog

Jumat, 09 Oktober 2009

Kepekaan jiwa

suatu ketika Rasulullah saw mengatakan kepada sahabat-sahabatnya, “Suatu saat Konstantinopel pasti akan dibebaskan, dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan yang membebaskannya, dan sebaik-baik komandan adalah komandan yang memimpin pembebasan itu”. Demi mendengar sabda sang Rasul, para sahabat beliau segera bergegas mempersiapkan diri. Tapi Abu Ayyub Al-Anshari langsung mengambil kudanya, menerjang gurun Sahara menempuh jalan panjang menuju Konstantinopel, seorang diri.Kota itu sendiri baru dibebaskan kaum muslimin delapan ratus tahun kemudian, pasukan Utsmaniyah dibawah pimpinan seorang pemuda berusia 23 tahun, Muhammad Al-Fatih Murad. Tapi Abu Ayyub Al-Anshari telah mencatat namanya sendiri pada sebuah ruang sejarah kepahlawanan yang terhormat, sebagai syahid pertama di jalan pembebasan itu. Apakah beliau sempat membunuh musuh-musuh Allah dalam perjalanan itu? Tidak! Tapi posisi terhormat sebagai syahid pertama di jalan pembebasan itu telah menjadi hak sejarah beliau.Jadi apa yang tepatnya telah beliau lakukan untuk itu? Yang beliau lakukan untuk itu adalah memenuhi panggilan kepahlawanan itu di awal bunyi suara panggilan itu, menyatakan rindu yang jujur pada kehormatan menjadi syahid di awal senandung nada kepahlawanan itu, mengepakkan sayap cita menuju jalan pembebasan begitu sang Rasul menyelesaikan sabdanya.Kepioniran adalah sebuah kehormatan tersendiri, karakter yang unik dari sebuah kepahlawanan, dan karenanya ia mempunyai ruangnya sendiri dalam sejarah kepahlawanan. Dalam semangat kepioniran tersimpan getaran kepekaan jiwa sang pahlawan, yang dapat merasakan sentuhan kepahlawanan dari kejauhan.